Rabu, 10 Juni 2020

Dusun Purwodadi



Woi cepetan masih jauh nih kayanya dusunya ucapku pada rekan kkn angkatan XIX tahun 1997, disana ada amir, anto, andi, kemudian ada mba tri dan desi. Kami digabungkan dari beberapa fakultas untuk kkn di daerah ini, 3 bulan lamanya. Perjalanan sekitar 15 menit dari bibir jalan besar mangelang - boyolali, kala itu sore hari, udara cukup dingin, diselimbuti kabut sore, benar - benar suasana yang aku dambakan selama ini.

Sesampainya di dusun itu, kami langsung disambut oleh pak amin, kepala dusun purwodadi, disana ada anaknya mas andi dan beberapa orang dusun, terpancar harapan dari raut wajah mereka, “semoga dusun ini lebih baik dari sebelumnya” mungkin itulah yang terucap dari mereka. Kami berempat para lelaki ditempatkan di rumah mas andi tepat dibelakang rumah pak amin, sedangkan para wanita di rumah mbok min, kurang lebih 50 meter dari tempat kami tinggal.

Malam pertama kita mulai dengan pertemuan dengan warga dusun, perkenalan masing - masing peserta kkn angkatan XIX wilayah dusun purwodadi, kemudian kami disambut dengan hidangan sederhana ala dusun, suasan cukup santai karena tidak banyak warga di dusun tersebut, sekitar 50 orang, sebagian anak muda sudah pergi ke kota mengadu nasib, sebagian lagi ada juga yang pergi setelah menikah. Udara semakin malam semakin dingin, kedepannya kami akan melalui hari - hari  menyenangkan di dusun ini dengan segala kegiatan yang menghibur.

Setelah seminggu kami disini, disuatu malam ada perdebatan soal pakaian yang kita kenakan selama di dusun ini, sebagian ada yang mengusulkan untuk tetap pakai jas almamater sebagian tidak, aku pribadi memilih tidak untuk jas, lebih baik sarungan berbaur dengan warga dusun di kala malam dan kaos biasa diwaktu petang, tidak ada batasan antara kita, “kita putuskan untuk tidak pakai jaket almamater ya, kecuali ada kunjungan dari kampus, semua setuju ?” ucap amir ketua kelompok kami.

Malam ini kami disuguhkan acara kasidahan, beberapa gadis dusun dan anak - anak usia belasan ikut acara tersebut dimulai jam 20.00 bada isya, acara diawali dengan pembacaan ayat suci alquran, setalah itu acara kosidahan dimulai, beberapa anak dusun menggunakan kendang untuk mengiringi acara tersebut, semua pesera kkn ikut dalam acara perdana tersebut, kami menikmati.

Diantara gadis dusun, satu diantara mereka ada yang menarik perhatianku, usia sekitar 16 tahun, berkulit putih kusam, mengenakan krudung warna putih, sepanjang acara, mata kami sering beradu pandang, saat itu masih biasa saja yang aku rasa, aku malah merasa sedikit kaku, dia pun lebih kaku, tidak  ada senyuman antara kita meski sering beradu pandang..

Malam minggu di awal kita disini disajikan kegiatan selanjutnya, yaitu acara menari bersama di pelataran sebuah bangunan tua, cukup besar halamanya sehingga warga yang ikut acara tersebut bisa tertampung, cukup banyak pesertanya, ada pria separuh baya, mas mas, mba mba, gadis dusun usia belasan dan beberapa anak anak, kami menikmati dan tidak ada seorangpun dari kami yg ikut serta entah malu atau masih ragu ragu, entahlah.., aku pun hanya sesekali tersenyum melihata acara tersebut, cukup menarik karena mereka terlihat kompak dan menguasi tarian yg disajikan..

Hari berikutnya kami disajikan acara gotong royong membangun salah satu rumah warga dusun, dari pagi sampai sore, beberapa dari kami ikut serta, aku pribadi sangat menikmati, cukup diberi hidangan makan siang dengan menu alakadarnya dan beberapa panci berisi teh hangat itu sudah cukup buat aku, amir dan desi, yang lainnya entah kemana mungkin sedang ada acara lain atau pulang ke yogyakarta. Itulah kegiatan yang kami lakukan mengisi hari hari di dusun ini, kami suka, kami bekerja sama dengan warga, dan belum ada terbersit program apa yang akan  kami lakukan untuk penutupan kkn nanti.

Ada cerita menarik disaat makan sewaktu di dusun tersebut, entah itu makan pagi, siang atau malam, dalam seminggu kami disajikan makan berupa sayur mayur diantaranya sayur sawi, sayur kol dan sayur sop alakadarnya ditemani tahu - tempe sesekali ayam goreng namun seringnya telor, alhamdullilah kami mensyukurinya karena kami dikenakan biaya untuk makan dan tempat tinggal selama disana, apa yang membuat kami menarik? terkadang kami disajikan makan nasi jagung, iya nasi nya diganti dengan jagung yang sudah diparut menyerupai tepung kemudian dimasak, bila dimakan panas atau hangat terasa gurih dan nikmat, namun bila sudah dingin akan membuat kita tersedak dan mulut akan belepotan seakan habis makan sagu (makanan yang terbuat dari tepung), tetap kami semua mensyukurinya.

Tak terasa hampir sebulan kami disini, secara pribadi aku sangat mencintai lingkungan disini, suasana alamnya, warganya, makananya dan anak anak yang dekat denganku selalu ikut kemanapun aku pergi kecuali ketika aku pulang ke jogja untuk menemui pacar tercinta, raut wajah mereka murung seakan tidak  mau ditinggalkan olehku meski hanya 2 hari.

Saat aku kembali ke dusun dengan membawa sedikit oleh oleh untuk anak anak, terasa senang hati ini berkumpul kembali dengan mereka, dan disuatu malam kami berkunjung ke rumah salah satu warga untuk menonton televisi, belum banyak yang memiliki televisi di dusun tersebut, hanya ada 3 rumah, rumah mbok min, pak dusun dan pak ahmad salah satu orang terkaya di dusun itu.

Kami pergi ke rumah pak ahmad, tak disangka ternyata dia bapak dari gadis dusun yg sering beradu pandang denganku, rumahnya cukup besar untuk ukuran dusun, disana ada si mbok, ada mba rosa dan anaknya parjo dan gadis dusun bermata bundar.. “dara jalue panganan disek kanggo cah2 kkn iki” (dara, ambilin makanan untuk anak2 kkn) begitu ucap si mbok, dara dan rosa adalah kembang dusun tersebut, sepintas untuk rosa tidak nampak seperti orang dusun dia bersih, putih dan cantik, dara sedikit kusam namun tetap cantik. Di rumah pak ahmad kami dijamu dengan beberapa makanan kampung, kopi dan teh dan tentunya roko dengan merk aneh yg tidak ada di yogya menemani kami dengan udara yang menusuk tulang, kopi panas atau teh panas ditemani pisang goreng dan sebatang rokok adalah kombinasi terindah di dusun itu, lagi lagi kami menikmatinya

Aku perhatikan dara jarang gabung bersama kami, mungkin malu, di ruangan televisi kami ngobrol sampai sekitar jam 24.00 kemudian kami pulang, disaat pamitan baru aku lihat dara, nampak cantik disinari sinar rembulan pada saat itu, baru pertama kali aku liat dara begitu cantik, mungkin dia dandan atau mungkin aku sudah ngantuk entahlah yang pasti dara lebih cantik dari biasanya. Ketika kami hendak pulang pak ahmad memberikan sisa roko merk aneh tersebut kepadaku, masih lumayan banyak isinya,“matur suwon pak “ ucapku kepadanya (terimakasih pak)

Begitukah keseharian kami di dusun purwodadi, kegiatan kami cukup banyak, dari kosidahan, menari, membangun rumah warga, ke kebun warga, panen raya dll, aku suka, anak anak kkn semua menikmatinya,  namun ada yg aneh yang aku rasa pada saat itu, begini ceritanya :....

"Tiap kali beradu pandang dengan dara dalam acara apapun di dusun itu, terasa menusuk jantungku pandangan matanya, tatapannya tajam, lebih tajam dari sebelumnya ketika kami  bedua pertama kali saling beradu pandang, sesekali aku merasa sesak pabila beradu pandang dengannya, entahlah ada apa denganku dan dengan dara, kami mulai tersenyum pabila beradu pandang, kadang dara tersipu malu terlihat memerah pipinya, aku? aku laki laki normal di dusun nan jauh dari kota, melihat dan merasa diperhatikan gadis dusun seperti dara membuat hatiku girang tiada kira, akupun tersipu malu".

"Sepulang dari acara apapun di dusun itu, di kamar sebelum tidur selalu terbayang raut wajah dara, hari hariku dipenuhi dengan banyangannya, sempat sesekali aku main ke rumahnya tanpa anak anak sekelompak hanya ditemani beberapa anak dusun, sekedar melepas rinduku padanya, iya rindu, itu yang aku rasakan, tiap hari, kadang aku bertanya kepada anak anak dusun dikala pagi hari atau siang hari atau sore hari ataupun malam hari, dimana dara?, sedang apa dara? dll dst, aku sudah mulai gila sepertinya, aku tergila gila dengan gadis dusun itu, aku berbisik dalam hati lagi, "ada apa dengan aku?".

"Pernah suatu malam selepas pulang dari rumah dara, aku bersiul mungkin sangking senang dan girangnya aku sepulang dari rumahnya meski kami tidak beradu muka beradu obrolan, aku hanya ditemani pak ahmad dan si mbok, entah dimana dara, dia hanya sesekali muncul dan terlihat jelas mukanya disaat aku pamit pulang, kembali cerita tentang siulan tadi, sambil terus aku bersiul anak anak kampung menatapku dengan aneh dan berkata “mas disini ngga boleh siul malam malam nanti suka di datangin genderuwo” begitu ucap amri bocah tengik yg paling dekat denganku, aku kaget terdiam, sepanjang perjalan ke rumah mas andi aku terdiam.

"Dan benar saja pada malam harinya disaat aku tidur ada sesosok banyangan besar menghampiri kamarku, kamar yang hanya dibatasi hordeng terasa ada yang membuka, aku terdiam mengigil, malam itu hanya ada aku dan amir, antok dan andi entah pergi kemana, amir sudah tertidur pulas, rasa takutku tak mampu membangunkan amir dari tidurnya, entah kenapa, dalam ketakutanku malam itu ku ucapkan semua doa yang aku ingat dari ayat kursi, al ikhas dan semua ayat al quran yang aku hafal namun sosok itu masih setia memperhatikan aku disamping hordeng kamarku, aku masih belum sanggup melihat sosok itu, makin lama makin terasa dia terus memandangi ku memperhatikanku dan siap menerjanku, aku teruskan membaca doa sampai akupun lelah dan tertidur dalam ketakutan. Keesokan hari aku hanya terdiam dan tidak cerita kesiapapun, cukup menjadi pelajaran buatku untuk menghormati adat istiadat yg ada di dusun ini, kedepannya aku akan lebih berhati hati lagi.

'Memasuki 2 bulan kami kkn disini sudah aku lupakan pacar aku di jogja tidak ada kunjungan lagi kesana, aku disini bersama anak anak dusun dan dara tentunya, meski tidak ada hal hal  yang aku lakukan dengannya bahkan berbicara pun jarang sekali, namun aku cukup nyaman deket dengannya, disaat acara kosidahan, menari atau sekedar bermain ke rumahnya. “Ada apa denganku ya Allah” begitu lirihku dalam hati.

"Memasuki bulan ke 3 pacarku bernama widya berkujung ke dusun kami dengan beberapa teman band aku di jogja, mereka bertanya kenapa belakang ini aku jarang pulang ke jogja? "apa aku sakit atau ada kegiatannya yang tidak bisa ditinggalkan bla bla bla dll dkk etc silih berganti widya dan teman temanku bertanya.." aku hanya terdiam dan sesekali bilang iya, tidak mungkin aku bilang kesemua karena dara, itulah alasanku kenapa tetap disini dan tidak pulang ke jogja dihari libur seperti biasanya.

"Aku menikmati semua yang ada disini, suasana alamnya warganya anak anaknya makannya minumnya rokok tradisionalnya dan tentu saja dara, sudah 2 setengan bulan aku disini bersama  kelompok kkn angkatan XIX wilayah dusun purwodadi, namun selama itu pula tak pernah sekalipun aku berbicara dengan dara dalam setiap kegiatan yang ada di dusun itu, hanya ucapan pamit disaat aku pulang dari rumahnya. Di rumahnya pun aku selalu ditemani pak ahmad sesekali si mbok dan rosa, dara entah kemana. Ada kegiatan rutin yang aku rasakan disaat aku bermain ke rumahnya, pak ahmad selau memberikan rokok bermerk aneh kepadaku selain pisang goreng dan kopi hangat dan disaat pulang dara selalu terlihat lebih cantik dari sebelumnya, selalu lebih cantik dari pertemuan sebelumnya, itulah cerita anehku selama aku kenal dengan dara dan keluarganya, cukup aneh namun nyata, aku menikmatinya lagi.

Hari hari terakhir kami kkn disini sudah mulai diisi dengan beberapa program terkait penilain kami disini, ada acara bazar murah sembilan bahan pokok, pembuatan wc umum dan pembuatan aliran irigasi sederhana dari sungai ke dusun untuk warga dusun.

Suatu hari aku mesti ke jogja untuk memberikan proposal kegiatan kami kepada instansi pemerintah untuk mengalang dana, sempat aku bertemu dengan bang rozak teman beda fakultas denganku.“mas keliatan kamu ko beda ya, beda banget seperti sebelum kamu kkn seperti ada yg ngikutin kamu terus kemana kamu pergi” begitu ucapnya, aku terdiam sejenak sedikit kaget “ah yang bener bang rozak, aku ko jadi merinding ya”. Bang rojak satu tahun umurnya diatas aku dia teman baikku di jogja selain parlin dan selama pertemanan kami di jogja aku sudah tahu dia punya kemampuan “‘melihat” sesuatu yang tidak  bisa terlihat oleh mata biasa, bilangnya bawaan dari lahir, namun kuyakin ini adalah kemampuan indra keenam yang tidak banyak orang memilikinya.

Rencananya sore itu aku harus kembali ke dusun, tapi tertahan di rumah bang rozak, dia akan coba menerawang dan mengobati aku, begitu kira kira yang aku rasa. Sebenarnya aku pun merasa ada yg aneh, gending jawa dengan nada bolak balik yg sama selalu terngiang di otaku dipikiranku kadang menusuk telinga disaat aku sedang terdiam dan mengikutiku kemanapun aku pergi di jogja ini...

“Mas yang aku rasa ada yang coba coba iseng sama mas, sepertinya ini sudah berlangsung lama, bisa jadi semenjak kamu kkn" begitu ucap bang rozak, dan yang aku rasa ini baik tidak jahat jahat banget, kemungkinan ada orang dusun yang suka sama kamu mas" begitu ucap bang rozak lagi. Aku diam dan berpikir sejenak apa mungkin dara? atau siapa ya?' aku benar benar tidak tahu, entahlah aku hanya diam disaat rozak melakukan ritual pengobatanku di rumahnya. Malam itu aku tidur di rumah bang rojak, aku ceritakan semua yang aku alami di dusun itu, setelah selesai ritual pengobatanku kami menarik kesimpulan yang sama, ada yang bermain main dengan ku dengan menggunakan alat atau matra atau apapun itu, tujuannya untuk menarik aku mengikuti apa maunya dan semua ini mengarah ke satu perempuan, berwajah cantik berkulit putih kusam" siapa lagi di dusun itu yang cantik selain dara dan rosa, rosa sepertinya tidak mungkin karena dia sudah menikah, ya dara...' tiada lagi, kemungkinan terbesar adalah dara, atau keluarganya atau entah siapa namun dengan tujuan yang sama.

Aku sedikit heran dan berucap kepada bang rozak "bang aku rasa, suka yang aku rasa ini alami, rindu yang aku rasa, dan semua rasa rasa yang lainnya bang"toh selama ini akupun tidak pernah berinteraksi apapun dengan dara kecuali pandangan mata, ucapan pamit, benar benar tidak melakukan apa apa.' begitu ucapku lagi ke bang rojak. “Ini ada campur tangan orang lain bukan dara" itu ucap rozak, kemudian dia berkata lagi “selama ini ada barang atau makanan yang selalu masnya dapat dari rumahnya dara? karena lewat itu bisa jadi sebagai media untuk masuk menggangu masnya" begitu kata bang rozak lagi, “rokok bang, bapaknya selalu kasih rokok ke aku sehabis aku main ke rumahnya dan semenjak itu memang ada yang aneh yang aku rasa, tatapan dara seakan nusuk ke jantungku, kadang sampai sesak jantung ini” begitu ucapku

"Ini bahaya mas kalau didiamkan, bisa jadi awalnya tidak menggangu, tapi bila didiamkan aku khawatir masnya akan menjadi apa yang mereka mau" aku bantu lepas semuanya ya? bagaimana? masnya setuju ?"begitu ucap bang rozak, aku menganguk "iya silahkan bang".....

Esok hari aku berangkat kembali ke dusun, kami tinggal menghitung hari disana, semua acara sudah kami siapkan, semua program sudah kami jalankan, allhamdullilah semua berjalan lancar. Di malam perpisahan kami,  diisi dengan hiburan yang sudah sering kami lihat disini namun dikemas lebih rapi dan lebih bagus, kosidahan, tari menari, pembacaan al quran dan live musik yang aku bawakan bersama teman teman bandku, sehabis acara itu mereka pamit ke jogja, ada widya disana, terlihat wajahnya nampak murung sepanjang acara, "mas hati hati ya, ini malam terakhir mas disini, kami pamit, besok kami tunggu di jogja, begitu ucapnya dan teman temanku bergegas kembali ke jogjakarta".

Malam itu setelah acara perpisahan, dara datang ketempat aku tinggal di ruman mas andi anak kepala dusun, dia datang diantar amri salah satu anak dusun yang paling dekat denganku, aku kaget bercampur senang namun ada yang beda, kenapa dara tidak secantik seperti biasanya?, kenapa dara tiba tiba berani menghampiriku?" dan banyak lagi pertanyaan di otakku tentang dara. “ terimakasih ya mas, sudah datang ke dusun purwodadi, sudah bantu bantu  kami disini, kapan kapan  datang lagi kesini main main kesini, aku titipkan sebuah puisi kampung buat mas, nanti dibaca ya” begitu ucap dara dan baru kali ini aku bener benar mendengar suara dara setelah 3 bulan,  berdekatan dengannya, aromanya cukup sederhana hanya bedak saja sepertinya, balutan hiasanya masih tersisa sedikit diwajahnya, sisa sisa kosmetik, karena di acara perpisahan tadi dara menjadi salah satu pengisi acara dengan membawa tarian burung merak, baru kali ini aku dengar dara berbicara cukup panjang.

Aku terdiam..”terimaksih dara"  setengah heran dan kaget aku berucap, tatap matanya tidak setajam waktu itu, akupun tidak berdebar debar lagi menatapnya apakah ini efek dari pengobatan bang rozak?, aku sendiri tak tahu. Malam itu sebelum tidur aku baca puisi yg dara kirim, begini isinya :

“Aku ingin pergi ke kota denganmu atau dengan yang lainnya”
“ Aku akan menunggu sampai kau bener-benar mengajaku pergi dari dusun ini"
“Aku akan selalu merindukan hadirmu disini lagi”

Aku terdiam, aku pun merasakan perasaan yang aneh lagi, ada perasaan sedih disini, ada perasaan kehilangan ada juga rindu, perlahan tanpa kusadari keluar  tetesan dari mataku, aku menangis hiks, kemudian aku berkata dalam hati "Ya Allah Ya Rabb apa yang harus aku perbuat?”..

Esok hari adalah hari perpisahan kami disini, satu dusun mengantarkan kami ke jalan mangelang - boyolali. Ada yg manangis, sedih, tertuduk lesu dll itu yang kami saksikan, kami pun menangis bersama, "terimakasih warga dusun, kalian sudah banyak mengajarkan kami tentang arti kehidupan, tentang rasa bersyukur, kebersamaan dan kesederhanaan..."

Sepanjang perjalanan tak kuliahat wajah dara, aku bertanya kepada bocah dusun si amri “dara neng di le orang ketok”(dara kemana nak, dari tadi ngga keliatan) “dia pergi tadi pagi anter mba rosa ke rumah mertuanya ada perlu katanya”.

Sesampainya aku kembali ke jogja hanya kenangan yang tersisa, aku kembali ke kehidupanku di jogja, kuliah lagi nge band lagi naik gunung lagi dll, tapi entah kenapa tidak ada dorongan untuk aku bermain ke dusun purwodadi lagi, masih menjadi pertanyaan buat ku sampai saat ini, rasa rindu dan suka kepada dara masih tersimpan rapi disini sampai saat ini, namun pada saat itu seakan akan ada tembok besar yang menghalangi aku untuk pergi kesana sekedar menengok dusun purwodadi atau melihat senyum manis dara lagi, wallahu allam hanya Allah yang maha tahu segalanya.

Inilah sedikit ceritaku dimasa kuliah dulu, apakhabarnya pak amir? pak ahmad, mas andi, amri dan tentu saja dara, semoga mereka baik baik disana, dan selalu dalam lindungan Allah swt, Insyallah aku akan kesana lagi apabila ada waktu yg memungkinkan aku kesana, karena disana ada kerinduan, kebersamaan dan kesederhanaan.

Terimakasih aku ucapkan kepada smua pihak yang sudah membantu selagi kami disana, dan smoga dusun purwodadi lebih baik lagi keadaan dan kondisinya saat ini, Amin ya Rabb




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lost Translation

Malam tadi, aku teringat cerita masa lalu nan indah nian buat di kenang, huhuhu.... teringat sekitar 8 tahun yang lalu, ku dipertemukan d...